Banyak orang yang bilang saat masa kehamilan kulit wajah cenderung menjadi lebih glowing. Ada yang merasa permasalahan kulit seperti jerawat dan kulit kering perlahan memudar sehingga wajah terlihat bersinar. Namun, ada juga yang mendapatkan pengalaman buruk dimana kulit menjadi lebih sensitif, gatal, atau malah menggelap seperti terbakar matahari. Itu semua tentu erat kaitannya dengan kebiasaan sebelum dan saat hamil serta perubahan hormon di dalam tubuh.
Begitu memasuki masa kehamilan, saya sangat tidak percaya diri dengan penampilan. Semua kebiasaan perawatan kulit dan badan ditinggalkan. Jangankan merawat kulit, mandi pun sangat malas. Mungkin saya mandi 2-3 kali saja seminggu dan hanya fokus pada kesehatan gigi dan mulut. Langkah-langkah beauty routine seperti cleansing, toning, hydrating, dan lainnya saya tinggalkan karena memang tidak terpikirkan sama sekali. Semuanya tersingkirkan oleh rasa mual dan pusing. Ketika ada yang memuji, “wah bumil glowing ya.” Saya hanya senyum saja dan menganggapnya itu sebagai celetukan penyemangat.
Di minggu ke-17 dan ke-18, saya malah agak was-was. Ada beberapa bercak dan perubahan warna kulit yang sangat kontras. Pada bagian paha, mulai muncul banyak bulatan berwarna coklat. Bulatan itu juga muncul di lengan dengan jumlah yang sangat sedikit. Teksturnya sedikit berbeda dengan kulit normal, tapi tidak ada rasa gatal ataupun panas yang menyertai sehingga saya tidak begitu panik.
Di lain pihak, ada juga proses pigmentasi yang mungkin terjadi selama kehamilan. Sering banget kan para ibu-ibu bercerita tentang kulit menggelap atau hiperpigmentasi saat hamil. Saya sendiri merasa ada beberapa bercak yang muncul di wajah, baik itu muncul secara alami atau karena tindakan. Setiap kali saya mengeluarkan komedo atau memencet jerawat, bekas lukanya berubah menjadi bulatan coklat and it stays :’( tidak menghilang hingga sekarang.
Meskipun sudah paham dengan resiko kemalasan merawat kulit, hati tetap saja merasa sedih. Apalagi saat melihat ibu-ibu hamil yang masih terlihat cetar di media sosial, saya merasa “kalah”. Kenapa mereka terlihat glowing sedangkan saya tidak? Semakin terpikirkan, semakin sedih.
Nah, di sini lah peran keluarga. Ketika saya curhat tentang masalah kecantikan ini, mereka terus memberikan semangat dan pemahaman. Mereka menuntun saya untuk lebih fokus pada kesehatan. Mengonsumsi suplemen vitamin, buah-buahan, protein dan sayuran. Alhamdulillah 'si janin' lumayan senang dengan makanan sehat. Saya yang tidak suka ikan sekarang malah rajin makan ikan. Bayi juga suka makan telur, susu dan buah-buahan setiap hari.
Peran suami juga sangat amat penting! Meskipun saya tau suami sangat lebay dan alay parah, justru tingkahnya itu yang sering membuat saya tertawa. Pikiran saya tentu teralihkan. Merasa bahagia bisa mengalahkan perspektif yang tidak sehat..
Ketika mood dalam keadaan sangat baik, efek-efek negatif kehamilan tidak begitu mempengaruhi. Bahkan setiap berkaca pun, saya tetap bahagia dengan segala perubahan yang muncul. Wajah semakin bulat, hidung semakin lebar, kulit tidak terawat. Ini semua adalah proses. Saya yakin bisa mengatasi itu semua ketika saatnya tiba.
Support keluarga yang baik terbukti sangat mempengaruhi mood dan kecantikan. Saya menjadi sadar bahwa saya tidak sendirian dalam proses ini. Ada kakak, bapak, ibu dan mertua yang membantu. Ada suami yang selalu memberikan kata-kata jenaka setiap hari. Ada Allah yang senantiasa memberikan rezeki pada makhluk-Nya.
Kekuatan dan support dari luar dan dalam membuat saya menemukan makna cantik dan glowing untuk diri sendiri. I’m beautiful… always… and so are you.
Tidak ada komentar
Posting Komentar