Personal Blog by Rahma

Lahiran Sesar di RS Guntur Garut

Lahiran sesar di RS Guntur Garut

Alhamdulilah saat ini saya sudah menjadi ibu :) Tanggal 31 Oktober saya lahiran sesar di RS Guntur Garut. Meskipun ingin lahiran normal, di kontrol terakhir dokter menyarankan induksi di hari itu juga atau tindakan sesar besok paginya dengan alasan panggul sempit, cairan ketuban sudah berkurang dan plasenta sudah mengalami pengapuran. 

Opsi induksi sangat saya hindari. Berdasarkan pengalaman teman-teman, sakit mulesnya induksi melebihi mules lahiran normal. Kemudian, kepala janin masih belum turun ke bawah. Kakak saya pernah memberi tahu jika induksi biasanya gagal dalam kondisi tersebut. Dengan dua pertimbangan itu, saya mantap memilih sesar. 

Karena ini lahiran pertama, saya ingin berbagi pengalaman lahiran sesar di RS Guntur Garut. Kebetulan kemarin juga sempat ada teman yang menanyakan perihal lahiran sesar di fasilitas kesehatan ini untuk persiapan lahiran nanti. Saya tuliskan per poin saja biar cepat. 

Kelas dan Status Pasien

FYI, sebagai konteks saya pasien BPJS kelas 1, ya. Jadi tidak akan relate dengan pelayanan vip atau vvip. Menurut suami saya yang mengurus administrasi, biaya lahiran sesar kemarin menghabiskan lebih dari 12 juta rupiah. Itu semua sudah termasuk tindakan, rawat inap 4 hari 3 malam, dan obat-obatan. 

Sebelum Tindakan

Pertama, seperti prosedur tindakan operasi lainnya, operasi sesar diawali oleh pemeriksaan, rujukan dokter, penentuan waktu tindakan, dan cek lab. Pasien harus puasa (tidak makan dan minum) setidaknya 6 jam sebelum operasi dan mulai dipasang kateter 12 jam sebelum tindakan. Keluarga juga diberikan notifikasi barang-barang yang harus disediakan untuk operasi nanti seperti kain jarik dan tempat plasenta bayi. 

Kedua, menjelang tindakan, perawat menjemput pasien ke kamar sambil mengecek persiapan seperti konfirmasi jam puasa dan pembersihan area operasi di badan. Setelah itu, pasien dibawa ke ruang persiapan tindakan untuk ganti baju. Bagian bawah kita dibiarkan n4k3d ya :( karena area operasi ada di rahim. Sayatan pun hanya ada di area rahim, di bawah perut, berbentuk horizontal bukan vertikal. 

Saat Tindakan

Bius operasi sesar disuntikan lewat tulang belakang dan efeknya hanya dari perut sampai kaki. Otomatis pasien sadar selama proses tindakan, mulai dari proses menyayat, proses pengeluaran bayi, permbersihan, penyuntikan obat hingga penjahitan. Meskipun tertutup oleh kain pembatas, saya bisa melihat banyak darah di baju dokternya. Lumayan ngeri.

Proses mengeluarkan bayinya sangat singkat, sekitar 5 menit. Bayi diperlihatkan kepada ibu kemudian diberikan ke bidan untuk dibersihkan. Ayah atau wali bayi dipanggil untuk mengecek kondisi bayi sebelum bayi ditransfer ke ruang khusus. RS Guntur memberlakukan kebijakan pisah perawatan antara ibu dan bayi. 

Saya sendiri melalui proses pembersihan dan penjahitan luka sekitar 20 menit di ruang operasi. Pokoknya dalam waktu 30 menit semua proses sudah selesai. Selama proses pembersihan, dokter juga memasukan obat-obatan lewat infus. Lumayan ada obat yang bikin mual, rasanya pingin muntah. Tips menarik nafas yang dalam sangat berguna di proses ini dan pembiusan. Bisa membuat badan lebih rileks.

Tidak ada rasa sakit selama proses tindakan. Nah, mungkin ini nikmatnya lahiran sesar. Tidak ada drama mules dan sakit saat lahiran. Justru, drama dimulai setelah operasi :) 

Setelah Tindakan 

Setelah operasi selesai, saya dibalut oleh kain jarik, dipasangkan popok, dan dibawa ke ruang pemulihan. Badan mulai terasa dingin dan menggigil. Katanya sih itu efek dari obat-obatan. Perut hingga kaki masih kebas dan berat (tidak bisa digerakan / diangkat) karena obat bius. Namun, pasien diharuskan untuk belajar menggerak-gerakan kaki. 

Saya menghabiskan kurang lebih 2,5 jam di ruang pemulihan. Kemudian perawat datang menanyakan kondisi dan keluhan. Karena tidak ada keluhan berarti, mereka siap-siap untuk mentransfer saya ke ruang inap dimana saya harus berjuang untuk berjalan. 

Semua orang yang paham lahiran sesar selalu bilang, “Bergerak ya, Bu. Gerakan kakinya dan belajar menyamping.” Katanya ntuk mempercepat proses penyembuhan. Sejam di ruang inap, saya sudah bisa menggerakan kaki. Lumayan mudah. 

Bagian paling sulit dan menyiksa adalah melakukan gerakan yang menyertakan otot perut seperti duduk-berdiri dan berjalan. Setiap beberapa jam harus ada perkembangan. Misal, 4 jam pertama harus sudah bisa menyamping, 8 jam kemudian harus sudah bisa duduk, 12 jam kemudian harus sudah bisa berdiri, dan 24 jam kemudian harus sudah bisa berjalan ke kamar mandi.

Itu semua menyakitkan. Perih. Belum lagi kalau batuk :) I tell you it’s like hell! Another level of pain. Sampai-sampai saya berfikir tidak mau punya anak lagi. Cukup melahirkan sekali ini aja. 

Sakit ini juga yang membuat saya kehilangan momen “rindu bayi” di awal-awal melahirkan. Dulu pas hamil, saya sangat ingin segera bertemu dengan bayi, tapi semuanya tertutup oleh rasa sakit. Pingin cepat sembuh saja. 

Setelah lahiran sesar, fokus pemulihan ibu sangat penting. Saya rasa dukungan orang terdekat seperti suami wajib hadir. Bersyukur suami bisa mendampingi dan mau membantu secara langsung dalam proses pemulihan seperti ganti baju, ganti popok, melatih bergerak, memberikan obat/makanan dan menyediakan keperluan lainnya. 

Semua anggota keluarga saya juga turut hadir. Bahkan keluarga besar pun ikut menjenguk baik itu dari pihak saya ataupun suami. Dukungan moril keluarga membantu saya dalam memerangi pikiran buruk. Perlahan saya bisa berjuang lebih keras lagi untuk sembuh dan belajar menjadi seorang ibu dengan lebih sabar. 

Saya kira lahiran sesar tidak akan sesakit itu. Melihat pengalaman kerabat dulu, dia tidak ada kesulitan berarti setelah lahiran dan bisa bergerak relatif lebih bebas. Ternyata kata kakak, itu efek dari obat nyeri. Kerabat saya diberikan obat anti nyeri golongan tinggi sehingga tidak begitu merasakan sakit yang hebat. Kalau saya kemarin diberikan obat untuk nyeri ringan ke medium.

Menurut petugas, pemberian obat anti nyeri diberikan bertahap dimulai dari yang ringan dulu. Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko resistensi terhadap obat. Make sense sih. Alhamdulillah sudah melewati itu semua dan sekarang sedang menikmati masa menyusui yang tidak kalah sakit juga karena lecet-lecet :) 

Semangat! 

Kenyamanan Lahiran Sesar di RS Guntur Garut

Selama saya rawat inap ada beberapa hal baik yang bisa menjadi pertimbangan lahiran sesar di RS Guntur Garut. 

Pegawai Ramah 

Alhamdulillah era “perawat jutek” sudah runtuh. Bukan hanya perawat saja sih, sebagian besar pegawai di RS Guntur termasuk ke kategori sangat ramah bagi saya. Bisa merespon masalah dan pertanyaan pasien dengan intonasi dan ekspresi yang baik. 

Tempat Bersih

Meskipun saya menempati ruang inap di bangunan lama, kebersihannya lumayan bagus. Kira-kira penampakannya seperti standar kos-kosan kamar mandi dalam kelas menengah bawah yang lumayan luas. Ada AC dan kursi juga untuk kenyamanan penunggu pasien. 

Secara umum, kebersihan di rumah sakit ini tergolong bagus, baik itu di dalam ataupun di luar ruang inap. Petugas kebersihan membersihkan ruangan dan toilet setiap hari. Begitu juga untuk kebersihan di luar ruangan, lorong dibersihkan setiap hari oleh petugas. 

Antrian Pendaftaran Rapih 

Kenapa sih antrian rapih penting? Karena orang yang sakit malas dengan antrian yang tidak jelas dan panjang. Di rumah sakit Guntur selalu ada petugas yang mengarahkan pengunjung untuk melalui proses pendaftaran dan selanjutnya diberikan nomor antrian. Untuk pasien lama dengan BPJS, pendaftaran dan nomor antrian hanya bisa diakses melalui aplikasi JKN mobile. 

Kerapihan ini hanya berlaku di bagian pendaftaran ya dimana kita bisa memprediksi kapan pasien dipanggil. Sayangnya, di poliklilnik antrian mulai tidak jelas karena pasien hanya menunggu panggilan perawat. Jika ingin memprediksi waktu antrian, kita harus tanya ke perawatnya langsung.

Administrasi BPJS Praktis

Pengurusan administrasi BPJS lumayan praktis. Yang mengurus BPJS suami sih. Dia biasanya dipanggil kalau perlu tanda tangan atau dimintai dokumen identitas seperti KTP atau KK. Tidak perlu antri ke sana kemari.

Saat check out kami mengalami kendala dimana status BPJS tiba-tiba non-aktif. Suami sudah mengundurkan diri dari perusahaan awal bulan Oktober. Ternyata, mereka menghentikan tagihan BPJS untuk bulan November tanpa notifikasi ke suami sehingga di tanggal 2 November status BPJS sudah tidak aktif. Untungnya, tindakan operasi dilakukan di tanggal 31 Oktober sehingga masih tertutupi asuransi. Hanya saja sedikit bermasalah saat check out. 

Dengan bantuan pegawai Rumah Sakit, pengurusan administrasi pun terbilang lancar. Suami tidak perlu pergi kemana-mana untuk mengurusnya. Cukup tunggu saja di ruang inap karena pegawainya yang menghampiri ke ruangan. 

Masalah BPJS ini juga menjadi pengalaman yang berharga. Kami kira perubahan status BPJS dari pekerja ke mandiri dilakukan otomatis oleh sistem, tapi ternyata harus dilakukan pengajuan manual ke kantor BPJS. Baru kemudian ada tagihan pembayaran. 

Pertimbangan Ulang Lahiran Sesar di RS Guntur Garut

RS Guntur Garut sudah menunjukkan peningkatan yang baik, terutama di keramahan pelayanan. Namun, ada beberapa hal penting untuk dipertimbangkan kembali oleh calon pasien jika ingin memilih fasilitas kesehatan ini.

Fasilitas Ruangan Belum Merata 

Saat ini RS Guntur Garut sedang melakukan renovasi yang cukup besar. Sayangnya, ruangan yang saya tempati masih belum ramah pasien. Misalnya, toiletnya masih jongkok dan tidak ada pegangan di dindingnya. Meskipun ruangannya bersih, toilet itu kurang ramah bagi pasien pasca sesar. 

Oia, sebagai catatan ruangan saya yang berupa bangunan lama itu sering dikunjungi nyamuk. Itu sudah diketahui oleh pihak RS. Jadi, sebagai solusi perawat memberikan obat nyamuk di awal memasuki ruangan. Saya sendiri tidak suka bau obat nyamuknya. Solusinya, bawa raket listrik dari rumah hehe. ACnya juga tidak terlalu dingin di siang hari meskipun sudah diturunkan suhunya. Lagi-lagi pasien harus pintar mencari solusi sendiri.

Terakhir, berkaitan dengan terbatasnya ketersediaan kursi roda untuk pasien. Entah stoknya habis dipakai pasien lain atau memang tidak ada. Saat itu saya ingin pergi ke toilet duduk di luar ruangan, tapi lorongnya basah setelah hujan deras. Suami pergi ke ruang perawat untuk meminjam kursi roda dan perawat bilang, “gak ada kursi roda, Pak. Paling pinjem ke IGD.” Akhirnya, suami pergi ke IGD dan langsung mengambil sendiri kursinya di sana karena tidak ada pegawai yang terlihat. Tentu setelahnya, kursi roda dikembalikan ke tempat semula. 

Jumlah Perawat Belum Cukup

Permasalahan jumlah perawat atau pegawai memang hanya bisa diketahui dari pihak internal karena saya tidak tahu rasio pegawai dan pasien. Akan tetapi, dari pengalaman saya, jumlah perawat yang ada masih belum cukup. 

Itu terasa saat jam malam atau subuh/pagi. Sering sekali saat suami datang ke ruang perawat, tidak ada siapa pun di sana. Mungkin saat jam malam mereka sedang berkelilling ke pasien lain dan saat jam pagi mereka biasanya menjemput pasien-pasien yang akan dioperasi. Jadi, tidak ada perawat yang standby di ruangan.

Saya mengeluhkan batuk yang menggangu sekali dan ingin minta obat pada perawat untuk mengurangi frekuensi batuk. Dari subuh hingga pagi sekitar pukul 7, suami saya bolak balik ruang inap - ruang perawat, masih belum menemukan perawatnya. Baru agak siangan perawatnya datang.

Apapun itu alasannya, pasien tentu berharap selalu ada perawat yang standby di ruang perawat. 

Informasi SOP yang Tidak Sinkron

Mendapatkan informasi yang berbeda dan tidak detail sangat menyebalkan. Maka, disarankan untuk memberikan informasi tertulis yang jelas pada (keluarga) pasien. 

Pengalaman pertama saya adalah informasi mengenai barang-barang yang diperlukan untuk tindakan. Perawat sudah memberitahukannya sejak sore melalui lisan yang kemudian kami catat. Barang-barang itu baru bisa kami kumpulkan di malam hari, lewat dari pukul 8. Saat diberikan ke ruang perawat, mereka mengecek satu per satu dan katanya masih belum lengkap. Ternyata, catatan di ruang perawat lebih detail daripada informasi yang diberikan oleh perawat tadi sore. 

Nah, ada baiknya catatan daftar barang versi resmi, lengkap dan detail segera diberikan kepada keluarga pasien supaya bisa dipersiapkan sebelum malam. Mengingat toko-toko di Garut umumnya tutup pada malam hari, sangat sulit jika harus membeli barang di waktu tersebut. Pemberian catatan yang lengkap juga mengefektifkan waktu perjalanan, tidak keluar-masuk RS. 

Pengalaman kedua berkaitan dengan informasi check out ruangan dan penjemputan bayi. Perawat di ruangan bilang biasanya proses pengambilan bayi lebih cepat sehingga direkomendasikan mengurus administrasi check out ruangan untuk ibunya dulu. Tentu kami ikuti dan ibu sudah bisa check out sejak pukul 10 pagi. 

Ketika suami pergi ke ruang bayi untuk check out, perawat di ruang itu hanya menyuruh untuk menunggu sampai dokter datang. Masalahnya, saat itu weekend sehingga dokter anaknya sedang libur dan diganti oleh dokter lain. Pukul 12, kami tanyakan lagi untuk pengambilan bayi dan masih belum bisa karena dokter belum datang juga. 

Ternyata dokter baru datang pukul 2 siang. Bayi baru bisa diambil sekitar pukul 3 sore. Itu bukan selang waktu yang sebentar. Keluarga yang menjemput sudah datang dari pagi karena informasi sebelumnya bilang bayi bisa diambil lebih cepat. Keluarga menunggu 6 jam di ruang inap. 

Kejelasan informasi adalah hal yang sangat penting. Harus diberitahukan sebaik mungkin dan diberikan dalam bentuk tulisan resmi supaya konsisten dan sebaiknya tidak hanya menyuruh pasien untuk menunggu tanpa batas waktu yang tak tentu.

Tarif Parkir Relatif Mahal

Jika dilihat dari tarif parkir per jam, tarif parkir RS Guntur termasuk mahal sekitar 3ribu per jam. Sedangkan, para pengunjung atau penunggu pasien di sana biasanya menghabiskan waktu yang tidak sebentar. Apalagi, bagi orang yang perlu keluar masuk RS, tentu tarif parkir lumayan menguras dompet, sedikit demi sedikit. 

Solusi yang ditawarkan adalah dengan menggunakan sistem paket parkir. Kalau tidak salah pengunjung bisa membayar biaya parkir per 12 jam sekitar 10ribu. Ini lebih hemat untuk penunggu pasien yang menetap cukup lama di RS.

Kebijakan Pisah Rawat Bayi 

RS Guntur Garut memiliki kebijakan pisah rawat antara ibu dan bayi. Bayi berada di ruangan khusus dan tidak bisa dibawa keluar ruangan. Jika ibu ingin bertemu, maka ibu harus pergi ke ruang bayi. Tentu sebagai pasien pasca lahir sesar, hal itu sangat sulit dilakukan karena masih dalam tahap pemulihan. Selama dirawat, saya baru bertemu bayi dua hari kemudian, saat pulang.

Bapak bayi pun agaknya sulit menemui bayi jika tidak ada panggilan dari perawat. Tidak bisa memantau dari luar ruangan juga karena katanya jendelanya tidak transparan. Ruangannya sepi, jarang ada tangisan bayi yang membuat kami malah jadi khawatir. Belakangan saya tahu kenapa bayi jarang nangis di ruangan itu. Ternyata bayi sangat nyenyak tidur jika diberikan susu formula dan berada lingkungan nyaman.

Kebijakan ini ada kelebihan dan kekurangan juga. Kelebihannya, ibu bisa fokus untuk pulih dan bayi bisa tidur tenang di lingkungan yang sepi, nyaman, dan bersih. Kekurangannya, kadang membuat keluarga khawatir karena tidak bisa melihat bayi setiap saat. Seandainya ada tempat khusus untuk memantau bayi lewat kaca jendela, mungkin kami akan lebih tenang.

Bagian ini menjadi catatan penting bagi pasien yang ingin memberikan ASI eksklusif. Kebijakan pisah rawat nampaknya tidak mendukung progam tersebut.

Penutup

Untuk kelas 1 BPJS, pelayanan di RS Guntur Garut sudah termasuk kategori baik. Ini menurut saya sebagai orang Garut, ya. Soalnya agak susah mencari fasilitas kesehatan gratis yang baik dan nyaman di sini. Jika ingin pelayanan yang lebih dari ini, mungkin bisa didapati dari RS premium di Garut, yang mana mereka tidak menerima BPJS. Di RS Guntur juga bisa kok mendapatkan pelayanan dan fasilitas VIP, tapi resikonya adalah mengeluarkan biaya tambahan. 

Saya optimis RS Guntur Garut bisa meningkatkan pelayanan dan fasilitas yang jauh lebih baik dalam waktu dekat. Terakhir kali ke rumah sakit ini saat vaksin covid dulu. Kemarin datang kembali untuk lahiran sesar, saya lumayan terkesan dengan perubahan yang mereka lakukan di bagian depan (poliklinik). Sudah terlihat rapih, bersih, nyaman, dan tertata dengan baik. Sangat jauh berbeda dengan kondisi beberapa tahun yang lalu.

Ibu saya juga terkesan dengan pelayanan yang diberikan oleh para pegawai seperti perawat, dokter, dan staff admin. Maklum lah, pegawai jutek dengan intonasi membentak adalah masalah umum di kota Garut. Alhamdulillah sudah tidak saya temukan di RS Guntur kemarin.

Saat ini pun RS Guntur Garut sedang melakukan renovasi yang cukup besar. Kita tunggu saja perubahan apa yang mereka suguhkan untuk pasien di sana.

Tidak ada komentar

Posting Komentar