Personal Blog by Rahma

Kenapa Motivator dari Kalangan Atas Dicibir? Kasus Putri Tanjung

Twitter lagi ramai ngomongin Putri Tanjung beberapa hari ini. Dia menjadi salah satu narasumber di sebuah acara berbau edukasi. Tujuannya tidak lain adalah untuk memotivasi anak-anak muda supaya bisa berkiprah di dunia bisnis. Ya, supaya bisa mandiri secara finansial gitu lah. Gak sekedar sekolah buat ngejar ijazah dan jadi pegawai. 

Sayangnya, banyak orang merasa "eneg" dengan para motivator sekaligus pengusaha sukses muda dari kalangan atas seperti Putri Tanjung. 

Oia, sorry banget foto2 aku caplok dari thread Twitter akun2 random dan header dari instagram @/gadjian 🙏 soalnya itu yang jadi sumber bahasan. Kalau keberatan aku hapus nanti. 

Siapa sih Putri Tanjung? Dia adalah anak dari Chairul Tanjung, pendiri PT. CT Corp dengan jaringan usaha yang menggurita, mulai dari Trans Media (transtv dang trans7), Trans Mart, Bank Mega dll. 

Bapaknya dulu berasal dari kalangan biasa aja, tapi punya jiwa pengusaha dan mengajarkan kemandirian pada anak-anaknya. Tekun dan konsisten akhirnya membuahkan kesuksesan. Maka, bukan suatu hal yang aneh jika anaknya kini, Putri Tanjung, mengikuti jejak Sang Bapak menjadi seorang pengusaha yang sukses. 

Masih dari Twitter nih, beberapa orang yang pernah ikut seminar, podcast atau acara-acara dengan narsum Putri Tanjung selalu ngebahas dua event penting di hidupnya. 


Pertama, Putri Tanjung mulai belajar berbisnis saat berusia belasan tahun, sekitar 15 tahunan. Pada saat itu dia diamanahi untuk mengatur acara ulang tahun temannya dengan budget 15juta. Dari acara itu, dia sendiri hanya mendapatkan uang bersih puluhan ribu saja. Namun, dia malah semakin tertarik dan menekuni pekerjaan di bidang event organizer.

Kedua, Putri Tanjung pernah rugi 800juta yang mengakibatkan dia merasa sangat kecewa dan terpuruk, mengurung diri di kamar selama 2 hari. Akan tetapi, dia sadar bahwa kegagalan ataupun rugi sudah pasti menjadi bagian dalam suatu usaha. Tidak menyerah. Bangkit kembali lebih kuat. 

Semua pengalaman sebagai pengusaha membuat Putri Tanjung merasa lebih terinspirasi dan ingin memotivasi kalangan muda Indonesia supaya menjadi pengusaha sukses. 

"high risk, high return" 
"kalau tidak mencoba, kita tidak akan pernah tahu" 

Ya quote macam itu lah kira-kira yang berseliweran di sekitar Putri Tanjung. Jiwa muda dengan motivasi dan inspirasi tinggi, sampai presiden Joko Widodo pun tertarik untuk mengangkat Putri Tanjung sebagai staf khusus (stafsus) kepresidenan. 

Apa yang salah sehingga banyak orang mencibir dia sebagai motivator? 

Target audience memiliki background yang jauh berbeda dengan Putri Tanjung. Jadi, mereka yang punya background berbeda akan melongo aja dengan kata-kata motivasi mbak Putri. 

Banyak audiens berasal dari kalangan menengah. Untuk modal usaha, mereka akan benar2 mengerahkan 99,99% modal yang ada, tanpa backup kuat. Ketika jatuh, tidak ada backup dari orang tua konglomerat. Sehingga "high risk, high return" harus benar-benar dipikirkan matang-matang dan gak akan mudah diucapkan apalagi dilakukan. Bisa dibilang quote tadi agak sulit berlaku di kalangan menengah. 

Tanpa backup dan link kuat, gak cukup 2 hari untuk move on dari kegagalan bagi kalangan bawah. "lu rugi 800juta dengan kekayaan Bapak lu yang ada di level triliun. Ya pantes aja cepet bangkitnya." jadinya kan malah adu nasib. 

Intinya sih, motivasi yang diucapkan mbak Putri mengenai perjuangan dan kesulitannya dalam menekuni bisnis-bisnisnya sangat berbeda dengan keadaan atau latar belakang para audiens. 

Ekspektasi para audiens lebih banyak pada hal-hal praktis dalam dunia bisnis mungkin ya tanpa embel2 "dulu gue susah banget, mulai bisnis dari zaman Naga, modal dari sisa uang jajan gue doang yang cuma 5 juta sebulan." 

To the point aja, "Ada setidaknya 5 hal penting dalam mengembangkan bisnis A. Pertama, bla bla bla...." 

Sesuaikan aja deh ya antara tujuan acara, narasumber, isi materi, dan audiensnya. Supaya relevant dan gak banyak cibiran. 

Gak ada yang salah terlahir kaya dan sukses, tapi ya kalau udah sukses kata-katanya dipilih supaya tidak terkesan menggampangkan suatu hal.

Ibaratnya nih, ada anak pinter trus dia ikutan ujian yang amat susah. Setelah berusaha keras, ikut les, dsb ternyata dia lulus dengan hasil terbaik dan diterima di universitas bergengsi. 

Udah lulus dia ngomong, "gue lulus tuh gak gampang. Harus mengorbankan waktu untuk belajar di tempat les, di perpus, belajar daring, dan di rumah sama guru private. Gak ada waktu buat main. Kalau gue bisa, lo juga bisa. Pokoknya fokus belajar aja, udah titik. Jangan yang lain-lain supaya lulus dengan nilai gede!"

Dia ngomong gitu di depan teman-temannya yang hanya mampu benar-benar belajar di sekolah aja. Mungkin belajar di rumah, tapi tanpa bantuan seorang ahli. Itu pun harus terbagi dengan bantu2 orang tua, ngejagain adek2, beres2 rumah atau mungkin kerja buat membantu biaya hidup dan sekolah. 

Omongan motivasi yang terasa sumbang gak sih? 

Perjuangan seseorang harus dihargai, baik dia itu berasal dari kalangan bawah, menengah, maupun atas. Maka, alangkah baiknya apabila para motivator menyesuaikan kata-kata mutiaranya dengan latar belakang audiens. Sedangkan, audiens perlu memfilter kata-kata mutiara para motivator, mana yang perlu diambil, dimodifikasi, dibuang dll. 

Jujur aja, aku juga pernah termakan omongan motivator dulu banget, sampai ada pertentangan batin. Sedih berkepanjangan. Berasa banyak masalah. Hal itu sedikit atau mungkin banyak menyumbang pada rasa muak saat berkuliah yang mengakibatkan berhenti kuliah selama 1 tahun. 

Gak akan menyalahkan motivatornya sih. Itu menjadi pelajaran berharga aja supaya lebih cerdas. Dari sana, aku menjadi lebih sering skeptis dan selalu berusaha menjelaskan suatu hal dari banyak pandangan. Plus mencari tahu kekuatan dan kelemahan diri. Gak semua keadaan fisik dan mental seseorang sama. 

Jangan terburu-buru "menyantap" perkataan2  indah nan membara. 

See you

Share this:

Tidak ada komentar

Posting Komentar