Pertama kali bikin blog itu pas zaman SMA. Cuma iseng-iseng aja bikin. Bukan buat menulis, tapi lebih tertarik untuk gonta ganti warna template dan font tulisan 😂 Udah gitu aja. Paling dibuka sebulan sekali pas ke warnet. Selanjutnya mulai serius pas zaman nganggur setelah wisuda.
Saya bilang blogging menjadi serius ketika tulisan sudah mulai konsisten, aktif di komunitas dan menghasilkan uang. Meskipun tidak banyak, uang 300ribu atau produk endorsement untuk review itu sangat berarti bagi seorang pengangguran.
Puncaknya sih dari pertengahan tahun 2016 sampai pertengahan 2017. Lumayan penghasilan 500ribu sampai 1juta sebulan. Kalau diseriusin banget mungkin udah kayak mikro influencer lah ya hahaha Adsense juga bisa narik setahun sekali lah.
Sayangnya di tahun 2017 saya lebih memilih lanjut kuliah. Tahun-tahun selanjutnya pun saya fokus kerja. Karena lelah dengan urusan yang dua itu, kegiatan blogging pun berantakan. Tidak bersemangat menulis. Buntu ide. Apalagi, blogger tiba-tiba banyak masalah. Mulai dari indexing yang susah sampai Adsense yang hancur lebur.
Saya gak ngerti juga tentang eror-eror yang terjadi di Blogger. Beda dengan Wordpress yang tinggal install plugin kalau ada masalah. Saya sudah dua kali coba bikin blog Wordpress, tapi enggak kuat di budget aja 😅 dan lebih sentimen dengan blog ini karena ini blog pertama saya.
Dengan hancurnya kualitas Blogger, udah gak narik adsense lagi sekarang.
Kurang Konsisten Bikin Konten di Medsos
Kehancuran blog erat kaitannya dengan Youtube dan menggeliatnya kreativitas pengguna media sosial yang lebih luwes seperti facebook, instagram, dan tiktok. Masyarakat nampaknya lebih senang menyerap informasi lewat tampilan visual yang bergerak dibandingkan dengan tulisan.
Dulu, saat saya menulis keyword "review" atau "ulasan maka yang muncul adalah blog-blog pribadi. Saat ini wahhh sudah tidak kelihatan lagi. Halaman satu sudah dikuasai e-commerce, Youtube, dan video Tiktok.
Saya saat ini masih sering mencari ulasan lewat blog ketimbang video-video. Pertama, hemat kuota banget, bisa baca cepat dan lebih mudah untuk scroll back. Kedua, ya allah, kenapa ya saya sangat membenci video yang tidak to the point. Ada pembukaanya dulu, curhatan dulu, trus isi kontennya cuma dikit. Ngabisin kuota banget.
Salut juga sih buat orang-orang yang konsisten membuat konten video di medsos. Membuat video atau konten di media sosial tidak terlalu cocok dengan saya yang lebih senang iseng-iseng, tapi serius sama isi yang mau disampaikan. Dengan kata lain, ingin menyampaikan sesuatu tapi bener-bener males ngedit video atau 'menghias' isu lewat konten yang menarik.
Entah kenapa juga, begitu membuat konten di media sosial pikiran saya langsung tertuju pada motif ekonomi. Seperti ada beban. Kurang bersenang-senang. Memang realistis sih, dari pada medsos hanyak untuk pamer-pamer mending dijadikan usaha kan ya.
Masalahnya, persaingan di media sosial sangat terbuka lebar dan terlalu masif. Itu artinya saingan pun banyak. Jadi, saya lebih sering membandingkan konten dengan pengguna lain dari pada fokus untuk membuat isi kontennya. Perasaan seperti itu sangat tidak baik. Takut lebih mementingkan perhatian ketimbang membuat diri bersenang-senang.
Dengan alasan itu juga, saya tidak begitu konsisten membuat konten di medsos. Hanya membuat konten ketika hati senang dan tidak ada beban atau motif ekonomi yang muncul. Aneh. Padahal butuh duit tapi gak mau ada motif ekonomi. Naif gak sih?
Intinya sih, saya membutuhkan perjuangan dan usaha yang jauh lebih keras dan lebih ribet untuk konsisten di medsos dibandingkan di blog.
Blog Tempat Berekspresi Sederhana
Banyak tempat buat kita untuk berekspresi. Mulai dari bentukan status yang mini hingga Youtube untuk video yang lebih panjang. Saya pernah coba semua. Ternyata, ketika melihat ketikan dan postingan di medsos dulu, saya memiliki karakter lebih alay dan lebay dari pada di blog. Parah banget pokoknya. Kurang berfaedah.
Kegiatan menulis untuk berekspresi di blog ini lebih nyaman. Bisa nulis seenaknya, tapi sangat gampang untuk diedit di kemudian hari. Ini juga sudah menjadi habit saya sejak SD dulu. Terkadang ada hal-hal yang tidak pantas atau sulit untuk diucapkan sehingga biasanya ditulis di buku harian.
Sebagai tempat curhat yang super sederhana membuat saya tetap nyaman untuk menulis di sini.
Masih Ada Duit di Blog?
Kalau lihat blogger-blogger yang profesional, tentu blog masih menghasilkan uang. Bisa dapat uang dari adsense, tapi biasanya blog yang dipakai berbasis Wordpress atau blog berbahasa Inggris supaya dapat dollar.
Endorsement juga masih ada yang menyasar blogger. Ini paketan biasanya. Satu artikel post ditambah dengan konten di medsos lain.
Paling yang pasti butuh blog adalah mereka yang butuh backlink atau nitip link untuk meningkatkan performa website. Frekuensinya masih lumayan bagus, tapi yang enggak bagus itu duitnya. Dulu mah bisa 150ribu ke atas. Sekarang, ditawar 50ribu doang. Ogah ahhh kecuali artikelnya udah disedian 😂.
Lagian blog saya DA/PA nya udah terjun bebas. Udah kurang bagus juga. Ya, gak masalah buat saya pribadi. Bodo amat yang penting masih bisa corat coret hahaha
Bismillah aja sih... sebagai seseorang yang aktif di dunia maya saya selalu ingin mengikuti perkembangan zaman. Semoga blog tetap lanjut dan skill dalam editing video bisa nambah. Lucu sih kalau lihat orang-orang share video estetik. Mau kayak gitu juga.
Lucu dan estetikanya aja dulu yang dikejar biar bahagia lihat karya sendiri hehehe 😁 Toh, saya bisa konsisten ngeblog juga awalnya dari iseng ngubah-ubah template supaya lucu dan cantik.
Tidak ada komentar
Posting Komentar