Awal mula berasal dari opini seorang influencer kecantikan bernama Michelle Halim melalui story di akun IGnya @micellehalim. Dia mengungkapkan kekecewaannya terhadap penggantian aktor dalam serial drama luar negeri favoritenya dengan mengomentari bahwa aktor baru terlihat burik. Kemudian dia berlanjut dengan mengomentari juga model-model Victoria Secret (VS) terbaru yang berubah drastis.
Kita tahu lah ya dulu VS punya model-model tinggi, putih, langsing nan semampai serta menonjolkan femininitas. Kadang ada yang menurutku kurus juga sih hehe Nah, sekarang VS mengganti model-modelnya dengan para model yang lebih berisi, lebih berwarna, dan mewakili maskulinitas pada wanita, seperti berambut pendek gitu lah.
Intinya, VS mau merubah image dan definisi "cantik" menuju cantik yang lebih bervariatif. Bahwasanya, cantik itu tidak hanya putih, tidak hanya langsing. . . Nah, mbak Michelle ini merasa kecewa dan rindu dengan model-model VS yang dulu.
Some people berharap ada plus size VS angels, jujur aja klo aku CEOnya mending bubarin show daripada merubah image dan standard VS angels - tulisan unggahan Michelle Halim diambil dari Liputan6
Masalah yang sederhana sih. Pro dan kontra memang selalu ada. Suka dan tidak suka. Ya, karena tiap orang punya rasa dan preferensi masing-masing.
Ketidaksetujuan mbak Michelle ditambah dengan kata-kata "terlihat burik" dan "mending bubarin show daripada merubah image dan standard VS angels" membuat orang-orang kemudian menuduhnya telah melakukan body shaming terhadap model VS yang baru, kek "oh jadi kamu pikir model VS sekarang jelek? burik? enggak sesuai beauty standard?"
Yang namanya influencer pasti banyak yang lihat jadi ya masalahnya makin melebar. Orang-orang mulai membully dan si influencer pun makin menjadi-jadi. Bahkan mamahnya pun ikut-ikutan gitu lah, membandingkan kecantikan anaknya dengan yang mengkritik anaknya. Sampai akhirnya influencer itu terpancing untuk ngomongin masalah body shaming, body positivity, dan beauty standard. I didn't read. I don't need to. toxic cuy...
Body shaming itu ejekan
body shaming merupakan tindakan mengejek atau menghina seseorang dengan berkomentar tentang penampilan mereka baik secara langsung atau tidak langsung.
Bisi teu ngarti keneh. body shaming teh "penghinaan fisik"
Waktu kecil aku suka saling mengejek dengan sesama bocil di kampung, "eh si hideung, si begung, si cakcak, eta rambut siga rambut domba galing". Yaps, body shaming sejak dini. Mungkin ibu-bapak aku udah disidang netizen nih kalau viral zaman sekarang haha
Masalahnya dulu seperti itu dianggap biasa. Ya, kita lagi "berperang" gitu lah. Aku diejek? ya balas lah, masa diem aja hahaha perilaku ini juga hanya terjadi di kalangan anak kecil, "ya namanya juga anak kecil". Hmmm banyak dimaklumi gitu loh. Kalau udah besar masih aja mengejek dan menghina fisik, udah gak bisa dimaklumi. Dia gagal mempelajari fase "dimaklumi" tadi.
Untuk kasusku, jarang ada anak dan orang tua yang mengeluh kecuali anaknya udah kena mental gak mau sekolah dan dilukai fisik. Kalau diejek, ejek balik aja. Kalau ga berani, ga usah temenan, jauhin. Paling gitu ngomongnya. Setelah bertengkar dan saling ejek, kita malah kadang jadi akur lagi dan main bareng. So, enggak 24/7 mengejek.
Dampak body shaming tidak terlihat waktu kecil kan? Anak tidak terluka dan berdarah whtsoever so dianggap biasa. Tapi jangan salah sangka. Karena ejek2an itu sekarang teman-temanku yang tadinya berkulit sawo matang berlomba-lomba untuk putih. Ah pokokna mah gareulis siga putri salju. Kulit gelap sedikit teh berasa burik.
Yang gemukan dikit menjadi suka terlihat khawatir. Takut suaminya melirik yang lebih langsing. beuuuh.... itu mah suaminya aja sih. Tidak memberikan support mental. Nah, suaminya aja gak ngasih support, atuh kita mah sebagai orang lain jangan ikut-ikutan menyenggol persoalan badan dia.
Kalau gak glow up, insecure, "kok aku gak glow up kek orang lain?" Trus sagala dicoba jeung ditaplokeun.
eh bukannya rahma juga banyak coba produk pemutih? Ya aku mah coba-coba produk demi cuan gaes, bukan demi putih wkwkwk da putih aku mah segini-gini aja dari dulu. Cuma lebih bersih aja karena udah rajin menghilangkan daki wkwkwk.
Nah, jika kamu penasaran kenapa sih orang-orang sekarang sensitif banget sama body shaming, padahal cuma ngomongin fakta bahwa orang itu emang gendutan dikit, hidungnya pesek, dan kulitnya hitam, Ya, karena sudah banyak orang yang kelewatan. Kelewat khawatir dengan penampilannya yang pada akhirnya merugikan diri sendiri dan orang lain.
Body shaming ini bisa membentuk suatu pemikiran ekstrem tentang keadaan tubuh. Menciptakan kekhawatiran dan akhirnya keadaan mental terganggu.
Terbentuklah gerakan untuk melawan body shaming, terutama di dunia modeling dimana orang-orang dituntut untuk memiliki perawakan yang "membahayakan". "aduh kamu agak gendutan nih", padahal beratnya udah pas aja. Gak ada yang salah. Eh tapi kemudian orang itu melakukan diet ekstrem supaya kurus dan terpilih jadi model. Gitu gaes.
Aku juga kalau melihat model-model international meni asa, "ehhh naha eta teh meni kurus-kurus. Tulangnya kelihatan gitu." Dan please aku bilang kurus bukan untuk mengejek tapi concern sama standard cantik yang mereka punya. Bahaya atuh kurus-kurus teuing mah.
Body shaming berlanjut
Menurut kalian para bibi dan tante itu body shaming aku enggak sih?
Mungkin sebenarnya si bibi dan tante ini enggak berniat mengejek. Kurus-gemuk, yang penting aku masih hidup sehat. So, bumbu body shaming dalam basa-basi di atas enggak begitu aku perdulikan sih. Jadi, aku anggap basa-basi aja.
Selain kata-kata, nampaknya aku mempertimbangkan kedekatan emosional, bahasa non-verbal, dan atmosfer yang tercipta saat percakapan terjadi. Dengan pertimbangan tersebut, aku menjadi merasa tidak tersinggung. Kalau cuma sekedar aneh dengan perubahan yang aku miliki, ya aku akan anggap basa-basinya aja.
Lah kok cuma basa-basi tapi tiap ketemu gitu mulu ngomongnya? ya namanya juga basa-basi, opening silaturahmi dengan kearifan lokal hehehe gak baik sih ya membumbui basa-basi dengan body shaming, mending cari basa-basi lain, kek "kapan nikah?" ehehehehehe....
Kalau untuk konteks ku, bibiku ini punya badan yang kurus. Jadi beliau selalu amazed dengan badanku yang berisi begitu . . . So, aku tidak merasakan unsur body shaming di sana. Malah aku suka bilang, "bahagia... nikmati makanan."
Tapi ada deh pengalamanku untuk suatu basa-basi berbumbu body shaming kental yang kurang bisa aku toleransi. Jadi hatiku seperti tergores gitu, gaes. hehehe untung gak ngambek dan nangis juga. Strong... Rahmaaaaa
Ini dilontarkan sama paman, kalau enggak ya pernah lah sama kakak aku dulu. Aku kan badannya pendek. Nah, anak-anak mereka yang perempuan lebih tinggi dari aku, padahal usia mereka jauh lebih muda dariku.
Trus mereka suka membandingkan gitu "coba sini, sini Rahma, berdiri sejajar sama si A... wehhh kok kamu pendek terus ya hahaha".
Maksudku, kan udah jelas ya tingginya jomplang. Gak usah kali disuruh berjajar, dipertontonkan ke orang banyak buat jadi bahan bercandaan. Aku juga malu dan merasa direndahkan. Udah mah aku teh rendah, direndahin lagi. Kek jadi model anak-anak dengan pertumbuhan fisik tidak sempurna gitu loh.
Body positivity
Secara harfiah, definisi body positivity adalah penerimaan setiap perubahan tubuh mulai dari bentuk, ukuran, hingga kemampuan tubuh seiring bertambahnya usia. Ringkasnya, kamu menghargai tubuh kamu yang berubah secara alamiah tanpa perlu melakukan perubahan apa pun untuk membuatnya terlihat lebih cantik dan sempurna. Kamu tetap merasa nyaman, bagaimanapun bentuk dan ukuran tubuh kamu.
Toh kalau dia minta kritikan berkaitan dengan badannya, ya kita pilih-pilih kata atuh. Belajar sopan santun gak sih? Jangan asal jebrad jebred kalau berkomentar.
ngakak "opening silaturahmi dengan kearifan lokal" hahahahaha
BalasHapusEmang dah kalau ketemu sama saudara atau sahabat yg jarang ngumpul, openingnya ya kurang lebih begitu, dan aku jg mempertimbangkan kedekatan emosional. Biasanya cuma nimpalin satu kalimat aja juga habis itu bahas hal lain kok. Tapi, kalau lawan bicara tetep bahas fisik sampai di 10 menit awal pembicaraan, hhmmm ya itu mah harus di tegasin (kl aku mulai nggak nyaman)