Personal Blog by Rahma

Sedih Lihat Curriculum Vitae Sendiri

 

CV yang buruk

Lagi iseng membuat curriculum vitae. Hati terasa ingin menangis. Di sebuah kertas berukuran a4 ini, hanya seperempatnya saja yang bisa terisi. Saking bingungnya mau nulis apalagi, aku coba buka CV lama untuk menggali-gali masa lalu. Barangkali aku punya penghargaan apa gitu. Ternyata, cuma ada satu dan itu pun sudah bertahun-tahun yang lalu pas zaman kuliah.

Pengalaman kerja hanya ada dua tanpa pengembangan keterampilan lainnya. Ini menunjukan bahwa aku adalah orang yang selalu diam di zona nyaman dan cenderung menghindari hal-hal baru atau beresiko. 

Aku tidak berani mencantumkan skill yang aku punya. Misalnya, TOEFL ku berada di angka 580, tapi sayangnya sertifikatnya sudah expired :( Mau ambil tes, tapi sayang uang. TOEFL ITP minimal 550ribu, gaes.

Aku juga tidak berani menuliskan interest atau hobi seperti menulis dan fotograpi karena tidak relate dengan pekerjaan saat ini. Belum lagi, skillnya tidak terasah ataupun terarah.

I'm turning 30 and this is a disaster for a middle or working class like me.

Karir? Aku tidak bekerja di tempat yang memilliki jenjang karir yang jelas, tetapi di sini aku bisa mendapatkan penghasilan 2x lipat dari pengajar di sekolah. Di sini aku cuma bekerja demi bertahan hidup aja.

Pengembangan diri? Tempat bekerja saat ini belum memberikan kesempatan untuk pengembangan keterampilan. Sehingga ini menjadi tugas personal. Dulu sempat ingin mengikuti training atau seminar online, tapi terbentur dengan masalah waktu. Ketika ada waktu, terbentur masalah biaya :(

Skill lain? Sesekali menerjemahkan dokumen. Masih minim jobs. Sekalinya ada, itu pun projek dari teman. Belum berani terbuka menerima job secara langsung.

Pengalaman? Ya Tuhan, pengalaman apa yang aku punya? Pulang kerja, istirahat, beres-beres rumah, dan belajar bahasa (sendiri). Plus, aku tidak terlalu suka mencoba sesuatu yang baru. 

Hal apa saja yang mungkin bisa aku kembangkan sekarang untuk "memenuhi CV" sebagai seorang guru bahasa Inggris? Baik, I'm thinking really hard now.

At least ada dua langkah yang terpikirkan.

1. Menerima pekerjaan baru. Jujur saja pekerjaan-pekerjaan yang aku dapat selalu datang dari teman. Namun, karena sifatku yang senang berdiam di zona nyaman, aku sering menolak pekerjaan yang ditawarkan. 

Kadang aku menolak karena tidak percaya diri. Takut sebelum mencoba. Takut tidak kompeten untuk menjalankan tugas yang diberikan.

2. Menyisihkan dan merelakan uang untuk pengembangan diri: a) mengupdate sertifikat keterampilan yang sudah dimiliki, b) mengikuti program keterampilan baru.

Bismillah, Rahma harus bisa berubah...


Share this:

3 komentar